Asyik Bersama Musik Klasik

Konser Invitation to the Dance. (IMAGE DYNAMICS)
Penampilan Jakarta Concert Orchestra (JCO) yang menampilkan kolaborasi luar biasa sosok-sosok muda Indonesia seperti Isyana Sarasvati dan Jonathan Kuo bukan tanpa alasan. Konduktor dan pimpinan JCO Avip Priatna mengakui, kehadiran Isyana dan Jonathan merupakan bagian dari upayanya memperluas segmen musik klasik.
Avip dengan gamblang mengakui, pasar musik klasik hingga kini masih terbatas. Bahkan, di Jakarta yang notabene merupakan pusat kota, hanya memiliki sekira empat hingga lima kelompok musik orkestra.
"Sebagian besar musisi profesional di Jakarta menempuh jalur freelance. Jadi, ada beberapa yang main di sini atau di sana. Namun, kelompoknya sendiri mungkin empat atau lima," kata dia, mengungkapkan.
Meski begitu, menurut Avip, peminat musik klasik di Indonesia perlahan mulai meningkat. Ia mencontohkan, untuk musik klasik vokal seperti paduan suara, banyak peminatnya. Hal itu terjadi karena semakin pesatnya kemajuan teknologi.
Konduktor kelahiran Bogor, Jawa Barat, itu mengapresiasi pola pikir orangtua saat ini yang sudah banyak berubah. Bila pada zamannya memulai karier, banyak orangtua melarang anak mereka menekuni karier sebagai musisi karena masa depannya dinilai tidak jelas, orangtua masa kini justru malah sedang giat-giatnya mendaftarkan anak mereka di sekolah musik. Mereka bahkan bingung memilih alat musik, juga genre, sesuai minat dan talenta sang anak.
"Jadi, orang tidak lagi menganggap musik sebagai sesuatu yang tidak mustahil untuk cari duit. Zaman kan sudah berubah," kata dia, menekankan.
Bahkan sekarang, Avip menuturkan, bila ia menggelar konser, lebih banyak anak muda yang datang daripada orangtua. Begitu pula di sekolah musik yang dikelolanya. Banyak orangtua mendaftarkan anak mereka untuk bermain musik. Meski lebih banyak mengambil jalur olah vokal agar bisa berkarier sebagai penyanyi, ia yakin secara perlahan peminat musik klasik semakin bertambah.
"Saya merasa musik instrumen ini kan musik yang tidak ada bahasa. Jadi, sepertinya orang kayak susah. Itu karena tak kenal. Namun, berkat kemajuan media, banyak hal yang akhirnya sangat membantu untuk masyarakat dan anak muda menyukai musik klasik," ujarnya.
Konser ‘Invitation to the Dance', kata Avip, hanya salah satu cara untuk lebih memasyarakatkan musik klasik. Dengan popularitas Isyana, ia berharap lebih banyak anak muda yang datang menyaksikan show serupa. Sementara kehadiran Jonathan yang masih berusia 15 tahun menjadi representasi bahwa musik klasik dimainkan tak hanya untuk orang tua.
Avip berharap, ia memiliki kemampuan, waktu, dan kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia memiliki potensi yang patut diperhitungkan, seturut beragam kompetisi paduan suara yang berhasil dimenangkan. Ia juga berpegang pada mimpinya, mendekatkan masyarakat dengan musik simfoni, baik simfoni orkestra maupun simfoni lokal. Bagaimanapun, itulah yang mendorong dia mendirikan Jakarta Concert Orchestra sekira 15 tahun silam.
"Saya ingin musik (klasik) ini bisa lebih diterima. Cuma, semua pelan-pelan. Waktu saya mulai paduan suara kira-kira 30 tahun lalu juga kan masih sedikit. Sekarang, kalau saya konser paduan suara selalu full," ungkapnya.
Sarjana teknik arsitektur salah satu universitas terkemuka di Kota Kembang, Bandung, yang melanjutkan pendidikan musik di Wina, Austria, itu pun berjanji, di tangannya musik klasik akan selalu hadir dalam kemasan alternatif. Sebab, menurutnya, musik ini diciptakan dengan satu konsel yang lebih detail.
"Tapi, percayalah, musik klasik kalau tak dibiasakan untuk dengar akan susah," kata dia.
Reportase :
Editor : Admin