Peter Handke
Tajam Pena dan Tajam Lidah

(AFP | ALAIN JOCARD)
Penulis Austria Peter Handke memiliki lidah sangat tajam. Ia pernah menuntut penghapusan Hadiah Nobel Sastra pada 2014. Alasannya, penghargaan prestisius tersebut memberikan "kanonisasi palsu" kepada pemenangnya, bersama "sorotan sejenak di layar kaca dan enam halaman profil di surat kabar".
Namun, ia menerima dengan senang hati ketika diganjar Hadiah Nobel Sastra 2019.
Handke lahir di Griffen, Austria bagian selatan, di tengah suasana Perang Dunia II, pada 6 Desember 1942. Ayahnya serdadu Jerman dan ibunya etnis Slovenia yang merupakan minoritas saat itu.
Setelah beberapa tahun tinggal bersama orangtuanya di Berlin, Jerman Timur, Handke tumbuh dewasa di Austria. Ia jatuh hati pada dunia buku saat tulisan kebenciannya terhadap sistem asrama sekolah Katolik dimuat di sebuah majalah.
Handke menembus skena sastra pada 1966 dengan novel The Hornets dan naskah drama Offending the Audience, di mana empat aktor memutilasi kekhasan teater, lalu berdialog dengan penonton. Sukses besar, Handke pun meninggalkan kuliah hukum dan terjun ke dunia penulisan.
Ia tidak pernah melihat ke belakang, terus berpindah tempat dan menulis dengan pena yang selalu tajam. Hingga 2018, Handke tercatat menerbitkan lebih dari 80 karya. Yang paling terkenal mencakup Short Letter, Long Farewell, kumpulan puisi The Innerworld of the Outerworld of the Innerworld, dan semi-novela A Sorrow Beyond Dreams, yang menceritakan kisah hidup ibunya sebelum bunuh diri pada 1971.
Ia juga bersinggungan dengan perfilman, bekerja sama beberapa kali dengan sutradara Jerman dan sahabat karibnya, Wim Wenders. Karya-karya keduanya mengeksplorasi tema kesendirian dan mortalitas.
Pada 1972, Wenders mengadaptasi novel Handke bertajuk The Goalkeeper's Fear of the Penalty, tentang penjaga gawang yang terkena kartu merah, lalu bunuh diri. Kemitraankeduanya juga menghadirkan film klasik Wings of Desire pada 1987, bercerita sepasang malaikat berkelana di Berlin.
"Tanpa Wenders, saya mungkin menjadi pelukis," katanya. Hingga kini di usia 76 tahun, Handke masih aktif menulis di kediamannya di Paris.
Reportase : AFP | Dani Wicaksono
Editor : Dani Wicaksono