Waspada Potensi Bahaya saat Pancaroba

JAKARTA (HN) - Masyarakat mulai diminta waspada seiring datangnya musim pancaroba atau peralihan dari musim panas ke hujan. Masa ini biasa ditandai dengan cuaca ekstrem yang kerap menimbulkan bencana seperti banjir, tanah longsor, maupun puting beliung yang termasuk bencana mematikan dalam beberapa tahun terakhir.
Pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan, saat ini wilayah yang telah memasuki musim hujan meliputi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, hingga sebagian Sumatera Selatan dan sebagian Kalimantan Timur. Sementara itu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, hingga Nusa Tenggara diprediksi baru memasuki musim hujan pada November hingga Desember.
"Puncak musim hujan sekitar bulan Januari hingga Februari. Nah pada saat itu biasanya daerah-daerah tersebut akan rawan terjadi banjir. Yang paling sering terjadi banjir biasanya di Jawa," kata Kasubid Analisis dan Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi kepada HARIAN NASIOANAL di Jakarta, Senin (28/10).
Puting beliung kerap terjadi pada masa pancaroba dan biasanya di daerah datar serta relatif luas. Kebanyakan terjadi di Pulau Jawa, seperti daerah Pantai Utara (Pantura), Jawa Tengah, dan Yogyakarta. "Puting beliung sifatnya lokal dan berdurasi singkat. Namun, karena sifatnya yang berputar dapat merusak wilayah yang dilewatinya," ujarnya.
BMKG sulit memantau puting beliung karena skalanya lokal dan berdurasi singkat. Biasanya, puting beliung terjadi akibat ada awan Cumulonimbus (CB) yang memiliki curah hujan cukup tinggi dan memiliki kekuatan besar untuk melepaskan energi angin.
"Jadi begitu awan itu pecah, maka ia akan mengeluarkan energi yang cukup besar. Dan karena efek rotasi bumi, maka ia akan berputar. Energinya cukup besar dan itu yang menyebabkan efek merusaknya," kata Adi.
Adi juga memperingatkan daerah-daerah rawan longsor, terutama yang memiliki kontur berbukit. Biasanya, pada musim kemarau tanah menjadi sangat kering dan mengakibatkan rekahan tanah menjadi renggang. Saat hujan turun, akan memudahkan terjadinya longsor. Masyarakat juga perlu waspada terhadap angin kencang dari sisi laut yang memicu gelombang tinggi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) senada. Potensi bahaya saat pergantian musim dari kemarau ke hujan wajib diperhatikan dan diwaspadai masyarakat. "Bahaya yang perlu diwaspadai yaitu banjir, tanah longsor, dan puting beliung setiap kali memasuki musim hujan. Bencana ini termasuk mematikan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo.
Pada akhir Oktober ini, beberapa daerah sudah memasuki musim hujan, beberapa daerah mengalami pancaroba, sedangkan sisanya masih kemarau. Sebagaimana pantauan BMKG, 20 persen wilayah Indonesia pada Oktober ini sudah memasuki musim hujan, 47 persen wilayah pada November baru mulai hujan, dan 23 persen wilayah lainnya akan memasuki musim hujan pada Desember 2019.
Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyatakan, sejak sepekan terakhir telah tercatat sembilan kabupaten di Provinsi Aceh dilanda banjir yang mengakibatkan 1.089 rumah warga dari 74 desa terendam. "Iya, hari ini (kemarin) sudah sembilan kabupaten yang dilanda banjir, terhitung sejak 21 Oktober hingga 28 Oktober," ujar Kepala Pelaksana BPBA Sunawardi di Banda Aceh.
BPBA mencatat, dari sembilan kabupaten itu terdapat 74 desa pada 30 kecamatan yang terendam banjir. Beberapa kabupaten tersebut, yakni Aceh Jaya, Pidie Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Singkil, Simeulu, Aceh Utara, Bener Meriah, dan Aceh Tenggara. Banjir dan longsor di Aceh telah terjadi 13 kali yang menyebabkan kerugian sementara Rp 5,4 miliar. Ketinggian air banjir mulai dari 20 hingga 200 cm.
"Akibatnya merendam 1.089 rumah, 4 sekolah, 1 sarana ibadah, 2 sarana kesehatan, 2 jembatan dan 1 tanggul. Banjir ini juga berdampak pada 3.615 orang warga," katanya.
Dari sembilan kabupaten itu, ada satu kabupaten yang warganya harus mengungsi ke kerabat atau tetangganya.
"Mengungsinya masih bersifat pindah ke tempat family, seperti di Aceh Barat sekitar 306 jiwa dari 106 kepala keluarga di Desa Gunung Pulo, Kecamatan Arongan Lambalek yang masih mengungsi ke tempat saudara dan belum kembali," ujar Sunawardi.
BPBA, telah menurunkan tim kaji cepat dan Jitupasna ke wilayah terdampak untuk melakukan assessment serta berkoordinasi dengan BPBD kabupaten, menyangkut kebutuhan yang mendesak untuk penanganan darurat awal masa panik. "Jika pemerintah setempat membutuhkan bantuan, kami siap memberikan bantuan masa panik berdasarkan kebutuhan yang diajukan."
Ancaman Penyakit
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, mengimbau warga untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat guna mengantisipasi berbagai penyakit yang muncul saat pancaroba. "Saat ini wilayah Palangka Raya semakin sering diguyur hujan. Karena itu, kami mengimbau kembali kepada masyarakat untuk mewaspadai penyakit yang muncul," kata Kepala Dinkes Kota Palangka Raya Andjar H Purnomo di Palangka Raya.
Beberapa penyakit yang sering muncul saat musim hujan seperti flu, batuk, diare, disentri, cacingan, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), malaria dan demam berdarah dengue (DBD). "Salah satu cara yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi penyakit pancaroba ini dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)," ujarnya.
Adapun DBD, batuk dan pilek, serta demam merupakan penyakit yang berpotensi paling tinggi dan dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup bersih dimulai dari lingkungan rumah masing-masing.
Pelaksana Tugas Kepala Dinjes Pamekasan, Jawa Timur Farid Anwar menyatakan, penyakit DBD merupakan jenis penyakit yang perlu diantisipasi saat pergantian musim. "Selain DBD, jenis penyakit yang biasa terjadi saat pancaroba adalah pilek dan batuk," katanya di Pamekasan.