Lingkungan Rusak akibat Krisis Moral

Seorang ibu dan anaknya mengenakan masker medis saat asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (10/9/2019). (ANTARA FOTO | FB ANGGORO)
LPLHSDA MUI gagas ecoMasjid, memadukan peran berbasis agama dan aksi nyata terhadap lingkungan.
JAKARTA (HN) - Krisis moral salah satu penyebab kerusakan lingkungan seperti penggundulan hutan, polusi, dan lain sebagainya. Untuk itu diperlukan adanya pendekatan moral keagamaan untuk mengubah perilaku masyarakat agar lebih peduli kepada lingkungan.
Itulah yang mendasari Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLHSDA) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggagas ecoMasjid. Konsep ini memadukan peran berbasis agama dan aksi nyata terhadap lingkungan. Pengurus dan santri memadukan kontekstual ajaran agama dengan kontekstual kajian tentang lingkungan hidup dan aktif dalam perlindungan lingkungan hidup, baik lisan maupun aksi.
Ketua LPLHSDA MUI Hayu Prabowo menuturkan, peran penting air bagi kehidupan termasuk dalam Islam untuk beribadah. Oleh karena itu, ia mengusung konsep simpan air, hemat air, dan jaga air.
"Konsep pertama yang dilakukan, menyimpan air. Caranya dengan menanam pohon, memanen air hujan, dan membuat sumur resapan," tuturnya di Jakarta, Rabu (30/10).
Fungsi dari sumur resapan, kata dia, sebagai tempat meresapkan dan menyaring air ke dalam tanah. Air akan dialirkan ke dalam tanah dan ditampung ke dalam sumur resapan. Dalam pengaplikasiannya di masjid, sumur resapan digunakan sebagai tempat pembuangan air wudhu.
Soal hemat air, dia berkata, "Kita diajarkan melakukan hal yang tidak berlebihan, termasuk dalam kehidupan sehari-hari. Nah, dalam konsep ini, dilakukan penghematan air."
Terakhir, jaga air agar tidak tercemar. Caranya dengan melakukan kelola sampah dan pengolahan limbah dan mengubahnya menjadi biogas.
CEO World Wide Fund (WWF) Indonesia Rizal Malik sepakat adanya krisis moral mengakibatkan banyak kerusakan yang terjadi di muka bumi. Dia menyebut, sebagian besar bencana alam diakibatkan ulah manusia, seperti deforestrasi, perubahan iklim, serta kebakaran hutan dan lahan.
Pengalamannya dalam bidang penyelamatan lingkungan selama bertahun-tahun, ia melihat sumber-sumber alam yang dijaga oleh masyarakat adat justru lebih bisa menjaga alam dengan baik ketimbang masyarakat modern saat ini.
Sekretaris Jenderal Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, kerusakan alam disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, karena sifat-sifat alam itu sendiri. Kedua, faktor kebijakan yang tidak pro-lingkungan. Ketiga, faktor perilaku dan budaya manusia. Keempat, faktor pemahaman. Alam dimaknai sebagai objek, bukan subyek.
"Sebagian dari faktor-faktor tersebut disebabkan oleh faktor pendidikan, ekonomi, politik, dan pemahaman agama," tutur Abdul.
Menurut dia, pendekatan agama salah satu yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan memperbaiki kerusakan alam. Komunitas agama dapat berperan melalui beberapa hal.
Reportase : Seruni Rara Jingga
Editor : Herman Sina