Antisipasi Kelangkaan Pasokan Beras

Pedagang beras di pasar tradisional. (HARIAN NASIONAL | BAYU INDRA KAHURIPAN)
JAKARTA (HN) -
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, 19 daerah mengalami kenaikan harga beras hingga pekan kedua November 2019. Sekitar dua dari 19 daerah tersebut harga naik di atas 2 persen jika dibandingkan pekan kedua Oktober 2019.
Secara nasional, rata-rata harga beras hingga pekan kedua November 2019 naik 0,09 persen dibanding rata-rata harga bulan sebelumnya. Harga beras turun di 62 dari 82 kota pantauan.
Ketua Asosiasi Bank Benih dan Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa mengatakan, pemerintah harus berhati-hati terhadap situasi perberasan nasional. Dia bahkan telah menyerukan sejak bulan lalu.
"Pada titik tertentu, harga beras akan melonjak cukup tinggi," ujar Andreas kepada HARIAN NASIONAL di Jakarta, Minggu (17/11).
Menurut Andreas, kenaikan harga beras memang baru tercermin pada November 2019. Namun, kata dia, selama ini harga beras stabil semua alias tidak menggambarkan situasi di lapangan.
Dia mengatakan, sejak September 2019 harga gabah naik di atas Rp 5.000 per kilogram (kg). "Artinya gabah di tingkat petani sudah mulai langka. Wajarnya harga beras akan naik juga," katanya.
Dia menilai, pemerintah belum mempersiapkan antisipasi kenaikan harga beras di pasar. Kontroversi impor beras yang terjadi pada 2018 akan terulang kembali.
"Nah, nadanya hampir sama lagi nanti (impor beras). Akan ada titik tertentu ketika beras di Indonesia betul-betul langka, maka harga akan melonjak sangat tinggi," ujar dia.
Dengan kondisi tersebut, kata Andreas, Operasi Pasar (OP) yang digalakkan Bulog akan sia-sia. Kebijakan yang dilakukan Bulog tidak mencerminkan kebutuhan di masyarakat. Menunggu panen raya menjadi satu-satunya jalan.
"Pemerintah sudah kami beri peringatan. Sekarang ini harus betul-betul memantau sangat ketat," kata Andreas.
Menurut data BPS, hingga pekan kedua November 2019, hanya Pangkalpinang dan Bandar Lampung yang mengalami kenaikan harga di atas 2 persen.
Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Soetarto Alimoeso mengatakan, kenaikan harga beras pada akhir tahun ini merupakan hal lumrah. Biasanya harga gabah cukup tinggi sehingga harga beras ikut naik.
"Sekarang petani lagi mengambil keuntungan, pada saat situasi permintaan lebih tinggi dari pasokan," ujar Soetarto.
Namun dia memprediksi harga beras jauh lebih tinggi pada Januari-Februari 2020. Bulog harus tetap diberi peran dalam menjaga stabilitas harga beras. Artinya, Operasi Pasar harus lebih digencarkan ke pasar-pasar tradisional, bukan ritel modern.
"Itu harus menjadi perhatian lebih serius, apalagi waktu tanam kita mundur. Jadi pemerintah harus siap-siap Operasi Pasar besar-besaran. Kuncinya hanya itu (Operasi Pasar)."
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Suhanto belum memberikan tanggapan terkait kenaikan harga beras di 19 daerah hingga pekan kedua November 2019.
Reportase : Herry Supriyatna
Editor : Didik Purwanto