Target Investasi tak Direvisi

Pekerja mengebut proyek Light Rail Transit (LRT) di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (16/12). Beragam investasi masuk akan mendongkrak perekonomian ke depan. (HARIAN NASIONAL | AULIA RACHMAN )
JAKARTA (HN) -
Pemerintah belum merevisi target investasi tahun ini meski di tengah pandemi virus corona baru (COVID-19). Beragam proyek terus direalisasikan untuk menjaga perekonomian tetap berjalan.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, tahun ini pemerintah menargetkan realisasi investasi di Tanah Air mencapai Rp 886 triliun, naik 9,4 persen dari tahun 2019.
"Target realisasi investasi masih sama. BKPM hingga hari ini belum merevisi target," kata Bahlil di Jakarta, Senin (20/4).
BKPM mencatat pada kuartal I-2020, realisasi investasi naik 8 persen (yoy) dan 1,2 persen (qoq) menjadi Rp 210,7 triliun. Investor dalam negeri dan asing berkontribusi masing-masing Rp 112,7 triliun (53,5 persen) dan Rp 98 triliun (46,5 persen).
Saat ini, BKPM akan mengupayakan kondusivitas seluruh investasi di dalam negeri dengan bekerja sama dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu ( DPMPTSP). Pemerintah akan membantu beragam investasi yang telah masuk dengan komunikasi intensif.
Investasi terbesar meliputi sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi senilai Rp 49,3 triliun, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatan senilai Rp 24,5 triliun, serta listrik, gas dan air senilai Rp 18 triliun.
Bahlil mencontohkan, sektor usaha infrastuktur, pertambangan, hingga perkebunan akan tetap berjalan dengan memperhatikan protokol keamanan dan kesehatan.
"Misalnya kunjungan ke pabrik Hyundai. Saya tinjau kemarin di sana sangat bagus menjalankan protokol kesehatan saat kerja. Pakai masker, cuci tangan, jarak pekerja dan pengukuran suhu," ujarnya.
Dia menilai, pandemi COVID-19 turut menekan potensi investasi tahun ini. Dia memerkirakan, pandemi COVID-19 menurunkan investasi menjadi hanya Rp 817 triliun hingga akhir tahun ini.
Penanaman Modal Asing (PMA) pada kuartal I-2020 terkoreksi 9,2 persen (yoy) dan 7 persen (qoq). "Realisasi investasi kuartal kedua pasti akan turun. Sejak pertengahan Maret-Mei, investasi berat. Semoga pandemi ini teratasi Mei," katanya.
Wakil Ketua Umum BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Anggawira menilai, laporan investasi kuartal pertama mencerminkan arus investasi ke Indonesia masih tetap berjalan. Hal tersebut menimbulkan optimisme publik saat menghadapi pandemi.
"Namun, harus ada juga strategi komperehensif untuk membangun iklim usaha yang sulit sekarang," ujarnya.
Pengusaha menyarankan pemerintah dapat mengoptimalkan dan menggerakkan investasi dalam negeri. "Diharapkan pemerintah mampu melakukan terobosan kebijakan," katanya.
Pengamat ekonomi Perbanas Institute Piter Abdullah Redjalam mengatakan, seluruh pihak harus bekerja sama untuk mempercepat penanggulangan pandemi sambil meningkatkan ketahanan dunia usaha agar bisa bangkit setelah wabah usai.
"Yang paling realistis mempersiapkan pemulihan ekonomi. Saya kira kebijakan pemerintah sudah mengarah ke sana lewat beragam stimulus fiskal," ujarnya.
Reportase : Khairul Kahfi
Editor : Didik Purwanto