Berpacu Menemukan Vaksin Corona Baru

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio. (DOK. PRIBADI)
Pertengahan Maret 2020, Presiden Joko Widodo memberikan tugas khusus kepada Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Jakarta memimpin kolaborasi lintas lembaga, guna menyiapkan vaksin COVID-19.
Kolaborasi itu melibatkan Balitbangkes serta sejumlah perguruan tinggi di Tanah Air. Mereka ditarget menyelesaikan tugas selama 12 bulan. Begitu selesai, racikan vaksin dikirim ke Laboratorium PT Biofarma di Bandung, untuk proses uji klinis.
Sembari meracik vaksin, lembaga ini masuk jaringan gugus tugas pembuat formula reagen yaitu larutan khusus diagnosis COVID-19 dengan piranti Polymerase Chain Reaction (PCR). Pekerjaan ini seperti berlomba dengan waktu karena memburu target diagnosis 10 ribu spesimen per hari pada masa pandemi saat ini. PCR perlu reagen khusus dalam proses amplifikasi material genetik virus itu.
Secara umum, material genetik pada spesimen tak cukup banyak. Untuk itu, materi genom perlu digandakan agar sensor pemindai PCR bisa mengonstruksikan struktur asam nukleatnya secara lebih utuh. Pada proses penggandaan itu diperlukan reagen khusus berupa enzim serta protein untuk membangun rantai asam nukleat baru yang sepenuhnya identik dengan genom aslinya.
Mengetahui perkembangan terkini, wartawan HARIAN NASIONAL Choirun Iman mewawancarai Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio. Berikut petikannya:
Sejauh ini sudah sampai mana upaya penemuan vaksin COVID-19 itu?
Tahapan kami memang harus diakui masih sangat awal. Kami masih melakukan pengembangan antigen yang akan dipakai dan itu melalui pendekatan rekayasa protein. Kalau pengembangan antigen sudah selesai, baru kami kembangkan lebih lanjut untuk diuji ke hewan coba, misal pada monyet. Jika hasilnya bagus, baru diuji ke manusia.
Perkembangan tahapan itu sejauh apa dan butuh berapa tahapan?
Semua proses penelitian memiliki berbagai banyak tahapan. Tahapan pertama mengidentifikasi antigen dari virus tersebut. Jika sudah selesai, ke tahap berikutnya. Diperkirakan membutuhkan empat sampai lima tahapan.
Pihak mana saja yang dilibatkan?
Kami mengajak beberapa pihak pada pengembangan lebih lanjut. Misalnya uji pada hewan dan upaya penyempurnaan protein dan sebagainya, kami mungkin akan bekerja sama dengan beberapa institusi lain. Untuk uji klinik pada manusia, kami akan bekerja sama dengan industri misalnya Biofarma.
Sebenarnya, karakter virus COVID-19 seperti apa?
Virus kan selalu bermutasi, sehingga kemungkinan perubahan struktur dan fungsi dapat terjadi. Namun demikian, perubahan-perubahan tidak terlalu banyak. Istilahnya conserve. Kami akan memilih bagian-bagian tersebut yang bisa mewakili sebagian virus yang beredar di Indonesia.
Pertimbangan Eijkman membuat vaksin secara mandiri, apakah menyesuaikan imunitas orang Indonesia?
Salah satu tahap pengujian dalam membuat vaksin yaitu imunitas orang Indonesia. Desain awalnya harus kami sesuaikan dengan virus yang ada di Indonesia. Saat ini kami memiliki jumlah informasi terbatas mengenai sequence virus yang ada di Indonesia. Informasi resmi terkait sequence yang tersedia saat ini ada sembilan untuk dimasukkan penelitian.
Kami perlu lebih banyak lagi informasi tentang COVID-19, untuk memastikan apakah virus COVID-19 di Indonesia berbeda dengan yang berada di luar negeri. Sifat mutasi virus itu memang bisa menunjukkan "kekerabatan". Misalnya, virus di Indonesia lebih dekat atau mirip dengan yang di Wuhan atau Eropa atau Amerika.
Kami berharap bisa mengidentifikasi bagian-bagian yang conserve atau perubahannya paling sedikit sehingga bisa mengembangkan vaksin yang bersifat universal untuk dipakai di Indonesia atau bahkan negara lain.
Jadi, tujuan menciptakan vaksin COVID-19 untuk Indonesia secara mandiri?
Ya benar, karena vaksin tersebut harus spesifik ampuh menangani virus yang beredar di Indonesia. Jangan sampai kita membuat vaksin, tapi tidak mengenali virus yang ada di Indonesia. Jadi, tujuan penelitian yaitu membuat vaksin yang efektif terhadap semua jenis virus COVID-19 yang bersirkulasi di seluruh Indonesia.
Seberapa banyak informasi yang dibutuhkan Eijkman soal COVID-19 ?
Eijkman masih membutuhkan berbagai sampel virus untuk disimpan sebagai penelitian. Namun, sebenarnya Eijkman sudah memiliki sampel virus. Kami akan menyortir sampel tersebut berdasarkan asal daerah tingkat provinsi. Kalau tiap kabupaten atau kota dinilai terlalu detail dan banyak. Setiap sampel virus diharapkan dapat mewakili sebagian besar dari virus yang ada di Indonesia di antaranya dari DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, atau Papua.
Eijkman bisa mendapatkan contoh atau sampel virus, kemudian melihat pola pergerakan penyebarannya. Bukan tidak mungkin virus-virus yang ada di daerah lain juga sebenarnya berasal dari beberapa daerah saja. Kalau analisis virus sudah dibuat, kami bisa mengetahui virus di Indonesia ini termasuk dalam local transmision atau imported. Contohnya, sampel virus yang berasal dari Bali, bisa berasal dari lokal misal Surabaya atau Jakarta, atau bisa juga dari luar.
COVID-19 di Indonesia pada umumnya transmisi lokal. Sehingga, kalau ada kasus jenis virus imported bisa diabaikan mengingat kemungkinannya cukup sedikit. Namun, jika ada kasus virus imported menyebar ke seluruh daerah, kami akan mempertimbangkan keberadaan virus tersebut.
Kendala penelitian yang dihadapi Eijkman?
Semua proyek penelitian pasti memiliki kendala. Kendala yang kami hadapi saat ini ada pada ketersediaan reagen untuk setiap tahap penelitian. Setiap tahapan membutuhkan reagen yang berbeda. Selain itu, kendala ada pada faktor ketersediaan bahan penelitian. Semakin marak pihak yang membuat penelitian di ranah internasional membuat reagen semakin langka dan membuat delivery time-nya juga semakin panjang. Hal lainnya, ada pada akses atau pembatasan transportasi di tengah pandemi saat ini. Kami tidak bisa melakukan penelitian jika reagen belum tersedia karena bagian dari penelitian.
Bagaimana dengan penyediaan reagen itu?
Untuk memastikan ketersediaan reagen, kami harus merencanakannya dengan baik. Dengan adanya faktor delivery time yang semakin panjang, secara tidak langsung reagen harus dipesan jauh hari sebelum rencana penelitian. Jika ada hambatan pada transportasi proses pengantaran dari luar negeri, kami menyampaikan proposal fasilitas kepada pemerintah untuk diberikan previlage atau prioritas. Eijkman kerap mendapat dukungan dari instansi dalam negeri dan perwakilan Indonesia di luar negeri.
Apakah Eijkman sudah mengajukan proposal ke pemerintah untuk mempercepat kedatangan bahan penelitian itu?
Sudah dan kami sangat didukung dalam mempercepat proses pengiriman bahan reagen penelitian agar didahulukan atau dipercepat. Misalnya, kami mendapat dukungan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang selalu memberi prioritas kepada sesuatu hal yang mempercepat penanggulangan COVID-19. Saat ini kami tinggal menunggu kedatangan bahan penelitian tersebut dan diharapkan segera datang dalam waktu dekat.
Kapan perkiraan vaksin COVID-19 selesai dibuat ?
Perkiraan penyelesaian vaksin belum bisa ditebak. Penelitian tidak bisa disamakan dengan proses memasak makanan di restoran yang dapat terukur. Ada penelitian yang membutuhkan waktu lebih lama dan lebih cepat. Lalu ada penelitian yang berjalan sesuai dan ada yang tidak sesuai yang diharapkan. Ada pula penelitian yang bisa berjalan maju dan ada juga yang mundur.
Namun, ada faktor lain selain itu. Misalnya, penelitian sudah selesai, tapi hasil yang didapatkan tidak sesuai atau memuaskan, peneliti akan mengulangi penelitiannya untuk mendapatkan hasil terbaik. Ini menjadi salah satu faktor jangka waktu penelitian menjadi mundur.
Kami diberi waktu maksimal satu tahun atau 12 bulan untuk membuat vaksin. Penelitian dimulai Maret 2020, diharapkan sebelum batas waktu yang ditentukan vaksin sudah selesai dibuat.
Reportase : Choirun Iman N
Editor : Aria Triyudha