Trump Dianggap "Gila" setelah Putus Hubungan dengan WHO

Presiden AS Donald Trump (AFP | POOL | GETTY IMAGES )
WASHINGTHON (HN) - Sejumlah tokoh dunia mengecam langkah Presiden Donald Trump saat menyatakan putus hubungan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sementara angka kematian akibat COVID-19 kembali melonjak di Amerika Serikat dan Brasil.
Virus corona baru, yang menewaskan lebih dari 364 ribu orang dan mengacaukan tatanan ekonomi global, memperlihatkan progres berbeda-beda di setiap negara.
Eropa melanjutkan pelonggaran lockdown pada Sabtu (30/5), tapi beberapa tempat di Amerika Latin menghadapi kesulitan besar dalam hal lonjakan kasus baru dan angka kematian. Brasil, misalnya, melaporkan 1.124 kematian baru pada Jumat (29/5), juga rekor infeksi baru.
Tantangan besar semacam itu meningkatkan tekanan terhadap WHO, dan keputusan Trump mengakhiri donasi ratusan juta dolar datang ketika lembaga PBB tersebut sedang membutuhkan dukungan dari segala pihak.
Trump semula menangguhkan pendanaan untuk WHO pada bulan lalu. Ia menuduh WHO tidak berbuat banyak dalam mengatasi penyebaran virus dan dinilai bias ke China-tempat virus ditemukan pada akhir 2019.
Jumat, ia membuat keputusan permanen bahwa AS tidak lagi menyumbang WHO. AS merupakan kontributor terbesar dengan sumbangan sebesar US$ 400 juta pada tahun lalu. Sang Presiden menyampaikan bahwa AS akan mengarahkan dana itu untuk "pemenuhan kebutuhan kesehatan seluruh negara di dunia yang lebih layak dibantu".
Langkah itu langsung menuai kecaman sejumlah tokoh dunia. Menteri Kesehatan Jerman mengaku "kecewa" dengan keputusan Trump, yang berisiko menghambat gerak WHO dalam menangani pandemi global. Juru bicara untuk Kanselir Angela Merkel bahkan mengatakan kepala pemerintahan Jerman tersebut membatalkan rencana menghadiri pertemuan fisik para pemimpin G7 yang digelar Trump.
Richard Horton, editor jurnal medis The Lancet, menyatakan keputusan Trump sebagai perpaduan kegilaan dan kengerian dalam satu waktu. "Pemerintah AS bertindak gila di saat dunia sedang mengalami darurat kesehatan," katanya via Twitter.
Hampir enam juta orang telah terinfeksi COVID-19 di seluruh dunia. Vaksin tak kunjung ditemukan.
Di Amerika Latin, virus menghantam keras kaum miskin di banyak negara. Termasuk Brasil, yang melaporkan lebih dari 468 ribu kasus dan lebih dari 27 ribu kematian. Negara ini bahkan menjadi titik infeksi terbesar kedua setelah AS (lebih dari 1,8 juta kasus dan di atas 104 ribu kematian).
"Selama 26 tahun terakhir, saya belum pernah melihat begitu banyak orang ketakutan, begitu banyak orang kelaparan," kata Alcione Albanesi. Ia merupakan pendiri lembaga amal Amigos do Bem, yang memberikan bantuan sembako kepada masyarakat miskin di kawasan Sertao, belahan timur laut Brasil.
"Segala sesuatu memiliki titik untuk berhenti, tapi tidak untuk rasa lapar."
Chile juga melaporkan rekor kematian baru pada Jumat, sehingga total korban jiwa akibat virus mencapai 944.
Di Eropa, beberapa pemerintahan menerapkan relaksasi dengan kewaspadaan tinggi seiring peringatan pakar tentang ancaman serangan gelombang kedua.
Yunani, yang mengandalkan turisme sebagai penopang anggaran negara, akan menerima kedatangan pengunjung dari 29 negara mulai 15 Juni. Hanya dua bandara internasional bakal dioperasikan. Pengunjung dari negara yang dianggap titik infeksi terburuk, termasuk Prancis, Spanyol, Inggris, dan Italia, belum diperbolehkan masuk.
Di Austria, hotel dan bioskop diizinkan beroperasi sejak Jumat. Protokol kesehatan diterapkan, termasuk kewajiban mengenakan masker. Ukraina pun menerapkan kebijakan serupa, dengan hotel dan pusat perbelanjaan dibuka mulai akhir pekan.
Turki memberikan kelonggaran untuk kali pertama dengan membuka masjid untuk ibadah berjamaah. Ratusan orang mengikuti shalat Jumat di Istanbul, dengan masker wajib dikenakan. Denmark mengumumkan akan membuka perbatasan dengan Jerman, Norwegia, dan Islandia mulai 15 Juni. Namun, Inggris dan negara lain di Eropa belum boleh masuk.
Di seberang Atlantik, Washington DC dan Los Angeles membolehkan publik makan di restoran dengan peraturan ketat social distancing. Salon pangkas rambut juga mulai dibuka. Gubernur New York Andrew Cuomo menyatakan negara bagian tersebut "berada di jalur" untuk membuka lockdown sekitar 8 Juni, meskipun angka kematian di AS melonjak hingga 1.225 pada Jumat. Disney World di Florida bakal menerima pengunjung mulai 11 Juli.
China, yang melarang kedatangan dari luar negeri sejak akhir Maret, bahkan sudah membuka pintu perbatasan. Pesawat pertama yang datang dari luar negeri mengangkut 200 orang, mayoritas pekerja dari Jerman, dilaporkan telah mendarat di bandara dekat Beijing.
Virus corona baru, yang menewaskan lebih dari 364 ribu orang dan mengacaukan tatanan ekonomi global, memperlihatkan progres berbeda-beda di setiap negara.
Eropa melanjutkan pelonggaran lockdown pada Sabtu (30/5), tapi beberapa tempat di Amerika Latin menghadapi kesulitan besar dalam hal lonjakan kasus baru dan angka kematian. Brasil, misalnya, melaporkan 1.124 kematian baru pada Jumat (29/5), juga rekor infeksi baru.
Tantangan besar semacam itu meningkatkan tekanan terhadap WHO, dan keputusan Trump mengakhiri donasi ratusan juta dolar datang ketika lembaga PBB tersebut sedang membutuhkan dukungan dari segala pihak.
Trump semula menangguhkan pendanaan untuk WHO pada bulan lalu. Ia menuduh WHO tidak berbuat banyak dalam mengatasi penyebaran virus dan dinilai bias ke China-tempat virus ditemukan pada akhir 2019.
Jumat, ia membuat keputusan permanen bahwa AS tidak lagi menyumbang WHO. AS merupakan kontributor terbesar dengan sumbangan sebesar US$ 400 juta pada tahun lalu. Sang Presiden menyampaikan bahwa AS akan mengarahkan dana itu untuk "pemenuhan kebutuhan kesehatan seluruh negara di dunia yang lebih layak dibantu".
Langkah itu langsung menuai kecaman sejumlah tokoh dunia. Menteri Kesehatan Jerman mengaku "kecewa" dengan keputusan Trump, yang berisiko menghambat gerak WHO dalam menangani pandemi global. Juru bicara untuk Kanselir Angela Merkel bahkan mengatakan kepala pemerintahan Jerman tersebut membatalkan rencana menghadiri pertemuan fisik para pemimpin G7 yang digelar Trump.
Richard Horton, editor jurnal medis The Lancet, menyatakan keputusan Trump sebagai perpaduan kegilaan dan kengerian dalam satu waktu. "Pemerintah AS bertindak gila di saat dunia sedang mengalami darurat kesehatan," katanya via Twitter.
Hampir enam juta orang telah terinfeksi COVID-19 di seluruh dunia. Vaksin tak kunjung ditemukan.
Di Amerika Latin, virus menghantam keras kaum miskin di banyak negara. Termasuk Brasil, yang melaporkan lebih dari 468 ribu kasus dan lebih dari 27 ribu kematian. Negara ini bahkan menjadi titik infeksi terbesar kedua setelah AS (lebih dari 1,8 juta kasus dan di atas 104 ribu kematian).
"Selama 26 tahun terakhir, saya belum pernah melihat begitu banyak orang ketakutan, begitu banyak orang kelaparan," kata Alcione Albanesi. Ia merupakan pendiri lembaga amal Amigos do Bem, yang memberikan bantuan sembako kepada masyarakat miskin di kawasan Sertao, belahan timur laut Brasil.
"Segala sesuatu memiliki titik untuk berhenti, tapi tidak untuk rasa lapar."
Chile juga melaporkan rekor kematian baru pada Jumat, sehingga total korban jiwa akibat virus mencapai 944.
Di Eropa, beberapa pemerintahan menerapkan relaksasi dengan kewaspadaan tinggi seiring peringatan pakar tentang ancaman serangan gelombang kedua.
Yunani, yang mengandalkan turisme sebagai penopang anggaran negara, akan menerima kedatangan pengunjung dari 29 negara mulai 15 Juni. Hanya dua bandara internasional bakal dioperasikan. Pengunjung dari negara yang dianggap titik infeksi terburuk, termasuk Prancis, Spanyol, Inggris, dan Italia, belum diperbolehkan masuk.
Di Austria, hotel dan bioskop diizinkan beroperasi sejak Jumat. Protokol kesehatan diterapkan, termasuk kewajiban mengenakan masker. Ukraina pun menerapkan kebijakan serupa, dengan hotel dan pusat perbelanjaan dibuka mulai akhir pekan.
Turki memberikan kelonggaran untuk kali pertama dengan membuka masjid untuk ibadah berjamaah. Ratusan orang mengikuti shalat Jumat di Istanbul, dengan masker wajib dikenakan. Denmark mengumumkan akan membuka perbatasan dengan Jerman, Norwegia, dan Islandia mulai 15 Juni. Namun, Inggris dan negara lain di Eropa belum boleh masuk.
Di seberang Atlantik, Washington DC dan Los Angeles membolehkan publik makan di restoran dengan peraturan ketat social distancing. Salon pangkas rambut juga mulai dibuka. Gubernur New York Andrew Cuomo menyatakan negara bagian tersebut "berada di jalur" untuk membuka lockdown sekitar 8 Juni, meskipun angka kematian di AS melonjak hingga 1.225 pada Jumat. Disney World di Florida bakal menerima pengunjung mulai 11 Juli.
China, yang melarang kedatangan dari luar negeri sejak akhir Maret, bahkan sudah membuka pintu perbatasan. Pesawat pertama yang datang dari luar negeri mengangkut 200 orang, mayoritas pekerja dari Jerman, dilaporkan telah mendarat di bandara dekat Beijing.
Reportase : Dani Wicaksono
Editor : Dani Wicaksono