#PENTASDARINGRUANGKREATIF
'Wayan Brayut Melayangan' Semarakkan Hari Dongeng Nasional

Akhir pekan ini, Galeri Indonesia Kaya bersama Garin Nugroho kembali menemani penikmat seni di rumah dengan #PentasDaringRuangKreatif. Kali ini, giliran kelompok seni asal Bali yaitu Kacak Kicak Puppet Theater dan Teater Candu dari Bandung unjuk gigi.
Kacak Kicak Puppet Theater menggelar pementasan berjudul Wayan Brayut Melayangan. Mereka menampilkan pertunjukan dengan menggunakan objek boneka pada Sabtu (28/11) pukul 15.00 WIB di situs dan akun YouTubeIndonesia Kaya.
Di bawah arahan Tinton Prianggoro, pertunjukan yang ditampilkan kelompok teater dari Denpasar ini mengangkat kisah kakak-beradik yang senang bermain layangan di sawah. Layangan yang diangkat dalam pertunjukan ini bukan layangan biasa, melainkan layangan Janggan yang menjadi ikon Bali.
Pertunjukan dengan konsep cine-theater ini menggunakan boneka yang digerakkan oleh para puppeteer dan wayang bayangan yang akan ditampilkan melalui kelir, disorot lampu LED. Pertunjukan yang ditampilkan ini bertepatan dengan Hari Dongeng Nasional yang jatuh pada 28 November 2020.
"Pertunjukan ini merupakan salah satu upaya kami mengangkat kembali dongeng tradisional Bali dengan napas baru. Kami melihat saat ini dongeng dan dunia anak-anak merupakan dunia yang jauh,” ujar Topan Dieky Saputra selaku sutradara, seperti dalam keterangan pers yang diterima harnas.co, Kamis (26/11).
Ia menambahkan, “Semoga walaupun pertunjukan dinikmati secara virtual tetap dapat menghibur serta diterima baik oleh para penikmat seni di rumah.”
Kacak Kicak Puppet Theatre (KK) merupakan kelompok teater objek berbasis di Denpasar, Bali. Beranggotakan para seniman muda yang bergeliat di dunia seni, kelompok ini ingin mengangkat kembali dongeng tradisional Bali dengan menjadikannya pementasan objek (boneka) yang menyenangkan dan interaktif.
Target audiens KK terutama anak-anak dan keluarga karena melihat kenyataan saat ini dongeng dan dunia anak-anak merupakan dua dunia yang nyaris tak banyak disentuh.
Odeh Bertatap Muka dengan Kenyataan
Selain menyaksikan penampilan teater dari para seniman Bali, penikmat seni juga diajak menyaksikan pertunjukan Jaipong karya kelompok asal Bandung, Teater Candu pada Minggu (29/11) pukul 15.00 WIB di situs yang sama.
Pertunjukan ini bercerita mengenai karakter bernama Odeh yang menjadi sosok gadis tidak cengeng dan manja. Ia menjalani hidupnya karena didikan proses yang disiplin dalam menekuni bakatnya di bidang menari sejak kecil.
Hingga pada suatu waktu Odeh bertemu dengan kenyataan yang membuat dia merasa tertekan dan marah. Bukan terhadap sesuatu yang besar, melainkan cikal bakal pembentukan hidup bersosial, yaitu pergaulan.
Muncul kecemasan yang mendasari Odeh yang bukan siapa-siapa ingin mengubah sesuatu yang dia anggap telah melenceng terhadap norma pergaulan, keseimbangan alam dan sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai kewajiban.
Sosok gadis bernama Odeh memiliki keyakinan dan kekuatan yang akan menolong seseorang yang ingin berbuat baik.
“Jaipong adalah sebuah cinema yang berkonsep dasar teater. Banyak tantangan baru yang kami peroleh dalam mengkolaborasikan cinema dan teater ini, seperti bagaimana teater dengan sudut pandang kamera yang tentu secara adegan akan lebih tajam, tapi tentunya tantangan ini menjadi sebuah pembelajaran baru yang akan bermanfaat bagi karya-karya kami ke depan,” kata Heksa Ramdono sutradara dan penulis naskah Jaipong.
“Semoga pertunjukan Jaipong dapat menjadi sajian pelengkap akhir pekan para penikmat seni di rumah,” tegasnya.
Teater Candu adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang seni pertunjukan. Berdiri pada 18 Desember 2008 di Kota Bandung, Jawa Barat. Pilihan nama Teater Candu menunjukkan hasrat pecandu untuk berlatih teater dengan kesadaran. Bahwa pecandu teater lebih memiliki perjuangan panjang, melelahkan dan memerlukan ketekunan daripada definisi pecandu yang memiliki makna negatif.
DUA + QUATRE
Mendekati penghujung 2020, penikmat seni juga dapat menikmati kembali pertunjukkan orkestra indah oleh Jakarta Concert Orchestra.
Kali ini Avip Priatna, direktur musik sekaligus konduktor JCO, akan menyuguhkan konser dengan judul ‘DUA + QUATRE’, menyajikan 2 komposisi baru karya komponis muda Indonesia dan empat karya komponis Prancis ternama. Transkrip musiknya digarap oleh para musisi Indonesia.
Ide dibuatnya konser ini selain untuk memenuhi kerinduan menikmati musik orkestra berkualitas, baik dari sisi penonton maupun musiknya. Sekaligus menjadi wadah kreasi para komposer muda berbakat Indonesia dalam mengasah kemampuan mereka untuk mencipta karya baru dan mengaransemen karya besar yang ada untuk orkestra kecil.
Dipilihnya karya komponis besar Prancis Claude Debussy, Maurice Ravel, Francis Poulenc, dan Gabriel Fauré adalah karena karya-karya mereka belum pernah dimainkan di Indonesia dalam bentuk orkes kecil.
Karya-karya tersebut pada dasarnya kebanyakan ditulis untuk orkestra besar ataupun untuk paduan suara dengan iringan piano. Selain itu JCO juga belum pernah menampilkan ‘French Night – Malam Perancis’ dalam konser-konsernya selama ini.
Sebab protokol kesehatan saat pandemi, musisi yang boleh tampil di panggung sangatlah dibatasi jumlahnya. Maka Avip mencari jalan untuk bisa menampilkan karya-karya tersebut dalam formasi orkestra kecil di mana jumlah pemainnya hanya 16 orang. Ini demi menjaga jarak fisik antar pemainnya.
Ia mempercayakan pembuatan transkripsi dari karya-karya tersebut ke dalam format orkestra kecil kepada para arranger dan komponis muda. Ia sendiri juga terjun langsung dalam menggarap pembuatan transkrip salah satu komposisi yang akan dibawakan.
Setelah konser JCO yang lalu, dengan menampilkan 12 pemain string dan piano, kali ini Avip juga memasukkan unsur-unsur alat musik lain seperti tiup (brass dan woodwind) dan perkusi.
Jakarta Concert Orchestra pada momen ini akan menampilkan 2 komposisi baru dari 2 orang komponis berbakat Indonesia yaitu Fero Aldiansya dan Arya Pugala Kitti. Konser ini akan disiarkan secara daring melalui www.jcodigitalconcerthall.com, Sabtu (28/11) pukul 19.00 WIB.