Klaim Untung, Gojek Tak Bakar Duit Lagi

Gojek mengklaim sudah untung tahun lalu. Perusahaan rintisan (startup) karya anak bangsa tersebut mengaku tidak akan mengeluarkan operasional berlebih untuk bersaing dengan aplikasi sejenis.
Co-CEO dan Co-founder Gojek Kevin Aluwi mengatakan, Gojek akan fokus layanan jasa pengiriman secara nirsentuh dengan konsumen di masa pandemi ini. Bahkan telah mendirikan posko di 200 kota di Indonesia untuk mendukung kenyamanan para mitra driver-nya.
Tak terkecuali, Gojek memberikan Gojek Shield, sebuah lapisan di mobil mitra GoCar tanpa memungut biaya tambahan kepada mitra.
“Tahun lalu, kami sudah mulai laba. Kami tidak akan bakar duit lagi. Itu (kebiasaan bakar duit kembali) sudah lewat,” kata Kevin saat webinar Kompas100 CEO FORUM melalui Zoom dari Jakarta, Kamis (14/1).
Menurut Kevin, keuntungan tersebut merupakan layanan inti operasional di luar biaya kantor pusat Gojek.
Selain itu, nilai transaksi kotor (gross transaction value/GTV) di semua layanan Gojek akhir tahun lalu naik 10 persen menjadi US$ 12 miliar (sekitar Rp 170 triliun).
Hingga periode tersebut, pengguna aktif Gojek di Asia Tenggara mencapai 38 juta pengguna setiap bulan. Hal ini mendorong layanan GoFood meraih posisi pertama aplikasi layanan pengiriman makanan dari UX Score tahun lalu.
Ke depan, Gojek akan mulai fokus menggarap pasar luar negeri yang selama ini belum digarap maksimal. “Kami sudah menyatukan brandingnya. Itu kunci untuk semakin kokoh meraih pasar luar,” ujar Kevin.
Di dalam negeri, kata Kevin, Gojek akan fokus bekerja sama dengan mitra UMKM, termasuk restoran dalam layanan GoFood. Begitu juga peningkatan layanan Gopay untuk pembayaran secara nontunai secara daring, bukan hanya luring via QRCode.
Selain itu, fokus layanan GoMart yang sebelumnya kurang diprioritaskan. Bahkan selama pandemi ini, jumlah pengguna dan transaksi konsumen di GoMart meningkat 7-8 kali lipat di sepanjang tahun lalu. “Kita akan investasi lumayan besar di sana,” ujarnya.