The State of Snacking 2020
Kenali Kebiasaan Ngemil Selama Pandemi

Kebiasaan baru yang terbentuk sebab pandemi COVID-19 andil mengubah keseharian masyarakat dunia, termasuk Indonesia, tanpa terkecuali dalam hal ngemil.
Memahami fenomena tersebut, Mondelēz International sebagai salah satu pemimpin global dalam industri makanan ringan kembali meluncurkan survei tahunan bertajuk The State of Snacking 2020. Hasil jajak ini digunakan untuk menganalisis kebiasaan, wawasan, serta tren ngemil pada konsumen di Indonesia dan 11 negara lainnya.
Survei, menurut President Director Mondelēz Indonesia Prashant Peres, digelar untuk mempelajari kebiasaan konsumen, sekaligus menemukan pemahaman baru tentang peran camilan bagi masyarakat baik fungsional maupun emosional. Khususnya dalam lingkup keseharian masyarakat Indonesia yang dapat dikatakan dekat dan lekat dengan camilan.
“Ini bisa menjadi media informasi bagi masyarakat tentang ragam manfaat baik dari camilan, sekaligus menginspirasi akan kebiasaan ngemil lebih bijak agar bisa meraih manfaat tersebut bagi tubuh maupun pikiran, utamanya di masa pandemi yang tak menentu ini,” kata Prashant dalam dialog daring, 12 Januari 2020.
Dari hasil jajak The State of Snacking 2020, dapat disimpulkan bahwa pandemi telah mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia akan konsumsi dan pembelian camilan.
Berikut di antaranya:
Pandemi meningkatkan kebutuhan camilan harian
Lebih tinggi dari rata-rata global, ternyata 60% orang Indonesia lebih banyak ngemil selama pandemi dibandingkan sebelumnya. Masyarakat Indonesia sendiri rata-rata mengkonsumsi 3x makanan ringan per hari, yang melebihi jumlah rata-rata global.
Tak hanya itu, ngemil juga dianggap menjadi hal yang sangat penting selama pandemi (64%).
Menanggapi temuan tersebut, peneliti dan pengamat sosial Devie Rahmawati menjelaskan, dalam konteks masyarakat Indonesia, kebiasaan ngemil sudah menjadi bagian dari tradisi sejak dulu. Maka dari itu, tidak heran camilan banyak dipilih masyarakat di berbagai kesempatan, termasuk kala mengisi waktu luang dan menghilangkan kebosanan.
”Kebutuhan masyarakat Indonesia akan makanan (camilan) tidak hanya menjadi pemenuh kebutuhan biologis, tetapi juga menjadi kekuatan sosiologis membangun konektivitas sosial,” kata Devie.
Makanan atau camilan, kata dia, membantu mengendalikan suasana hati dalam menjalani kehidupan sehari-hari. “Bahkan meredakan tingkat stress yang timbul akibat suasana yang tidak menentu, seperti pandemi,” tuturnya.
Jadwal ngemil lebih spontan & bervariasi
Terungkap bahwa saat ini setiap individu berusaha mencari kenyamanan saat menikmati camilan. Alhasil, pemilihan waktu ngemil menjadi lebih spontan dan bervariasi.
Sebanyak 60% responden menyatakan, jadwal ngemil mereka menjadi lebih tidak terencana dan berbeda setiap harinya. Data tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi makanan ringan untuk mencari kenyamanan di tahun ini (71%), dibandingkan dengan data tahun sebelumnya (64%).
Camilan menjadi sumber kebahagiaan
Tercatat 84% responden menyatakan, camilan merupakan salah satu sumber kebahagiaan. Bahkan, 81% di antaranya merasa camilan bisa memberikan semangat tersendiri sepanjang hari.
Mengenai manfaatnya bagi keluarga, 94% orangtua mengandalkan camilan untuk ‘menaklukkan’ anak-anaknya selama pandemi. Bahkan, 77% orangtua tanpa sengaja menjadikan kebiasaan ngemil sebagai tradisi baru bagi keluarga.
Aktris yang juga seorang ibu keluarga milenial Novita Angie sependapat. Ia mengungkapkan, camilan bisa menjadi sarana hiburan yang membangun kedekatan keluarga.
“Selama masa pandemi orangtua dituntut menjadi lebih kreatif karena ruang gerak anggota keluarga menjadi terbatas, terutama anak-anak yang cepat bosan. Oleh karena itu, camilan bisa menjadi medium untuk menghibur, sekaligus juga untuk melengkapi momen kebersamaan keluarga,” tutur Novita.
Masyarakat menjadi lebih bijak kala ngemil
Tahun ini masyarakat merasa lebih sadar dan fokus pada camilan yang mereka makan, terutama saat mereka menikmatinya dalam kesendirian di rumah. Sebanyak 67% responden menyatakan lebih sering menikmati camilan sendirian, dibandingkan sebelumnya.
Dan, 66% responden merasa lebih fokus dengan camilan yang mereka konsumsi, serta merasa lebih sadar untuk mencari camilan yang sesuai dengan kebutuhan tubuhnya (75%). Mereka pun bisa menghabiskan waktu lebih hanya untuk memahami camilan tersebut—aroma, tekstur, dan rasa (75%).
Kebiasaan ngemil akan mengalami perubahan
bahkan setelah pandemi berakhir
Delapan dari 10 orang percaya bahwa cara menikmati camilan akan berubah selamanya, bahkan setelah pandemi berakhir. Tercatat 69% responden meyakini bahwa ngemil akan menjadi bagian dari kebiasaan baru (new normal).
Ya, 3 dari 4 orang Indonesia memperkirakan tren ini akan terus berlanjut. Mereka pun memiliki kecenderungan memilih makan camilan sepanjang hari dibandingkan makanan berat.
Dari offline menuju online
(pergeseran tren membeli camilan)
Survei kali ini juga mengungkap bahwa jumlah transaksi camilan secara online meningkat 33% dibandingkan sebelum pandemi. Sebanyak 75% responden merasa lebih aman dan nyaman dengan transaksi serbadaring. Dalam hal menemukan jenis camilan baru, media sosial menempati pilihan teratas—dipilih 54% responden.
“Melalui survei State of Snacking ini, Mondelēz Indonesia berharap dapat semakin memahami kebiasaan ngemil masyarakat Indonesia di masa new normal ini, sehingga dapat menghadirkan camilan yang tepat, di waktu yang tepat dan membuatnya dengan cara yang tepat pula,” ujar Prashant.
“Ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk Empower People to Snack Right,” pungkasnya.