Belanja Cerdas Ciptakan Komunitas Melek Finansial

Masih dalam semangat tahun baru, setiap orang memiliki resolusi untuk hidup yang lebih terencana. Termasuk merencanakan gaya hidup finansial.
Sayangnya, literasi keuangan digital masyarakat Indonesia dapat dikatakan masih rendah, yakni hanya sekitar 35,5 persen dari total populasi. Padahal, sistem pembayaran digital sudah diadopsi hampir seluruh lapisan masyarakat.
Karena itu, sebagai bagian dari resolusi tahun yang baru, penting bagi setiap orang untuk mengadopsi kebiasaan smart spending demi menciptakan komunitas yang melek finansial.
Dialog seputar literasi keuangan ini menjadi topik yang hangat didiskusikan oleh beberapa figur publik. Jonathan End, salah satunya. Growth consultant yang berfokus pada pengembangan diri, karier, dan finansial ini memiliki visi untuk mempopulerkan kebiasaan smart spending di masyarakat Indonesia.
Jonathan menawarkan pendekatan yang ramah dan insightful untuk membuat diskusi seputar perencanaan keuangan menjadi lebih mudah dipahami.
Ia memahami, situasi pandemi telah mengganggu kondisi perekonomian. Itu sebabnya, kita perlu memiliki bujet tambahan untuk konsumsi vitamin, makanan bergizi, olahraga, dan produk kesehatan. Tanpa adanya perencanaan keuangan yang matang, ini akan terasa sulit dan perjalanan menjadi seorang smart spender pun akan penuh tantangan.
“Masih banyak yang belum mengerti cara mengatur prioritas keuangan untuk dana darurat, pengeluaran sehari-hari dan investasi,” kata Johathan melalui keterangan pers yang diterima harnas.co.
Kondisi ini, kata dia, membuat banyak orang tidak bisa mengendalikan keuangannya hingga mengkhawatirkan masa depannya. “Oleh karena itu, penting untuk kita mempunyai pemahaman tentang financial planning,” jelasnya.
Termasuk soal belanja. Jonathan menekankan, berbelanja bukanlah alasan untuk memiliki cashflow yang tidak sehat. Ia juga membagikan tiga tips sederhana untuk mulai menjadi seorang smart spender, terutama saat sangat berantusias untuk belanja.
Pertama, membuat list. Tulis semua barang yang dibutuhkan dan pilah mana yang akan menjadi prioritas untuk dibelanjakan dahulu.
Kedua, membagi pemasukan ke proporsi 50-30-20. Alokasi 50 persen dari total gaji untuk keperluan sehari-hari dan tagihan, 30 persen untuk dana darurat, investasi, dan tabungan, sedangkan 20 persen untuk lifestyle dan berbelanja.
Ketiga, memanfaatkan promo online. Berburu cashback, diskon, dan ongkos kirim untuk mendapatkan barang dan ongkir yang jauh lebih murah agar tabungan tetap aman.