Pertemuan Nasional Pramuka Berkebutuhan Khusus Digelar di Yogyakarta

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar Menengah (Ditjen PAUD Didkdasmen) Kemdikbudristek menggelar Pertemuan Nasional Pramuka Berkebutuhan Khusus di Yogyakarta, 26 hingga 30 Oktober 2021. Pertemuan dilakukan secara daring dan luring. Lebih kurang 10 ribu guru dan siswa berkebutuhan kudus akan hadir.
Peserta secara daring panitia meminta setiap provinsi mengirimkan dua orang perwakilan guru dan peserta didik berkebutuhan khusus dari 34 provinsi di Indonesia. Peserta secara luring atau mengikuti kegiatan secara virtual terdapat 20 orang guru dan murid dari 514 kabupaten/kota di Indonesia. Kegiatan ini bertemakan, “Pramuka Berkebutuhuhan Khusus Keren, Berkarakter, dan Berjatidiri Pancasila.”
Seluruh peserta dan pembina pendamping yang ikut kegiatan ini harus dites swab antigen dan swab PCR, sudah menerima vaksin tahap dua yang dibuktikan dengan sertifikat vaksin. Panitia dan Kwartir Nasional gerakan Pramuka juga mesyaratkan pembina pendamping harus lulus kursus Safe From Harm/Perlindungan dari kekerasan oleh World Organization of Scout Movement (WOSM) yang dibuktikan dengan sertifikat sebagai bukti telah lulus.
Direktrur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK) Kemdikbudristek, Samto, mengatakan, kegiatan ini menunjukan bahwa kepramukaan memiliki manfaat yang besar bagi pelajar. “Selain mencetak pribadi yang mandiri, melalui kegiatan tersebut juga akan mencetak pribadi yang memiliki karakter yang kuat," ujarnya melalui siaran pers.
Samto mengatakan, terbentuk generasi berkarakter Pancasila yang kuat tersebut kerena selama mengikuti kegiatan Kepramukaan pelajar dilatih lima kecerdasaan. Yakni spiritual, emosional, intelektual, sosial, dan fisik. Kecerdasaan tersebut diimplementasikan dalam berbentuk giat yakni bina diri, bina satuan, dan bina masyarakat.
Dia menjelaskan melalui giat tersebut, kegiatan Pramuka bertujuan untuk mencetak generasi yang mampu bertanggung jawab bagi dirinya sendiri dan disiapkan untuk menjadi pemimpin di masyarakat yang kelak akan mengisi pembangunan nasional.
Kegiatan Kepramukaan tidak hanya ditujukan kepada peserta didik di sekolah reguler, tapi pada sekolah luar biasa (SLB). Melalui kegiatan Pramuka, anak berkebutuhan khusus (ABK) dilatih dan digembleng menjadi pribadi yang mandiri dan mengembangkan bakat dan potensi mereka. Ke depan, kata dia, kegiatan Kepramukaan bagi siswa berkebutuhan khusus akan diberikan ruang yang cukup luas sehingga mereka akan turut serta mewaliki Indonesia dalam kegiatan jambore dunia.
Dia mengatakan, di masa pendemi Covid-19 kegiatan Kepramukaan tidak boleh berhenti, maka Direktorat PMPK menggelar Pertemuan Nasional Peserta Didik Berkebutuhan Khusus. Hal serupa juga dilakukan di negara-negara maju lainnya.